Materiuas's Blog

26/01/2010

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GLUKOSA URINE DAN PROTEIN URINE

Filed under: 1 — materiuas @ 9:07 am

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
GLUKOSA URINE
DAN
PROTEIN URINE

JUMLAH  URINE
( PRODUKSI  URINE  PER 24 JAM )

Bayi                     :   30  –  500  ml

Anak ( 1-14 th )   :  500 – 1400 ml

Dewasa               :  600 – 1600 ml

anuria       :        ≤ 100  ml

oliguria      :           100 – 600  ml

poliuria       :        > 1600 ml

Proteinuria

  • Adanya protein dalam urine
  • Orang sehat : ekskresi urine < 30 mg/24 jam
  • Proteinuria : ekskresi ³ 300 mg/24 jam

  • Mekanisme :

– prerenal proteinuria

– glomerular proteinuria

– tubular proteinuria

Mikroalbuminuria

  • Mikroalbuminuria : ekskresi 30-300/24 jam yang diperoleh 2 kali dari 3 kali pemeriksaan

PROTEINURIA

  • Normal : protein diekskresi ke dalam urine

< 150 mg/24 jam

  • Urine normal terdiri dari : albumin 30%, globulin 30%, Tamm-Horsfall protein 40%
  • Protein dengan BM > 20.000 dalton sukar melewati dinding kapiler glomerulus
  • Glomerular basement membrane bermuatan negatif, demikian juga albumin → menghalangi keluar

  1. 1. PRERENAL  PROTEINURIA

2.   GLOMERULAR   PROTEINURIA

3.   TUBULAR   PROTEINURIA

Protein dalam urine (komposisi)

PRERENAL  PROTEINURIA

– tidak  ada kelainan  glomerulus ( ginjal )

– ekskresi  protein dengan  berat molekul  rendah

( hemoglobin, protein Bence Jone )

GLOMERULAR  PROTEINURUA

–  Ada  kelainan  glomerulus  ginjal

–  Permeabilitas  terhadap  protein ↑

contoh :   glomerulonephritis

sindroma  nefrotik

  • Glomerular

– paling sering

– kadar bervariasi sampai > 100 g/hari

– disebabkan ↑permiabilitas,

bermacam- macam proses

  • Overflow : produksi protein yang berlebihan

TUBULAR  PROTEINURIA

gangguan  reabsorpsi  protein  di tubulus

contoh : hemoglobinuria

ortostatik proteinuria

keracunan obat

GLUKOSURIA

adanya  glukosa dalam  urine

Pada  ginjal sehat  :   glukosuria terjadi jika  kadar  glukosa

darah   ≥   180 mg/dl

( nilai ambang ginjal terhadap glukosa )

Renal  glukosuria :   glukosuria yang disebabkan kelainan

sel tubulus ( reabsorpsi glukosa ↓ )

( nilai ambang ginjal terhadap glukosa ↓ )

SAMPEL URINE

1.         Urine sesaat : urine acak ( random )

2.         Urine pagi      :           urine pertama di pagi hari ¯

Paling baik untuk urinalisis :

–  volume dan osmolaritas seragam

–  lebih kental

–  pH rendah

  1. Urine segar ( <  1 jam dari penampungan )
  2. Urine Post Prandial : 1 ½ – 3 jam setelah makan
  3. Urine 24 jam :

06.00                                       06.00

dibuang                                    ditampung

URINE ® disimpan

²     > 1 jam           : terjadi perubahan sel / susunan kimia.

²     Tidak steril     :           timbul bakteri

–        ureum ® CO2 + NH3

pH urine  :  basa

CaSo4 ¯ , MgSo4 ¯,

Sedimen (torak) : rusak

Ureum ¯

–        Glukosuria : kadar glukosa ¯ ® hasil negatif palsu !

²     Bilirubin (terikat)

hidrolisis         oksidasi

¯

as. Glukorunat          biliverdin

+              (hijau)

biluribin (bebas)

²     Urobilinogen ® Urobilin

– urine harus segar/baru

– lemari es (tempat tertutup)

– pengawet ® tidak dianjurkan

Pemeriksaan kuantitatif urine 24 jam :

– pengawet ® tergantung bahan yang

diperiksa.

BAHAN PENGAWET UNTUK URINE :

1.         10%  Thymol             –           Asam amino

1%                  Urea

Isopropanol                                    Kreatinin

Asam urat

2.         NaHCO3   5 g                        –           Urofirin                                                                      Koproporfirin

Porfobilinogen

3.         1%  Asam Borat   5 ml         –           Hormon (steroid)

Estrogen

Pregnantriol

4.         Asam Asetat glasial  20 ml    –           Katekolamine

( pH  : 3  )

5.         10% HCl   20 ml                    –           Asam 5-Hidro Indolasetat

6.         4oC ( lemari pendingin )       –           Enzim

Kuman

Pemeriksaan Urine:

A.        Pemeriksaan Fisis :   1.         Jumlah

2.         Bau

3.         Buih

4.         Warna

5.         Kejernihan

6.         Berat jenis.

B.        Pemeriksaan Kimia :            1.         pH

2.         Protein

3.         Glukosa

4.         Badan keton

5.         Bilirubin

6.         Urobilinogen / Urobilin

C.        Pemeriksaan Mikroskopis :  1.         Sel darah, sel epitel.

2.         Torak

3.         Kristal

II.        Protein Urine ® Albumin, Globulin

Sifat pemeriksaan :

s         Kualitatif

– reaksi Heller

– reaksi Roberts

s         Semi kuantitatif

– tes rebus

– tes sulfosalisilat

– carik celup visual

s         Kuantitatif

– Esbach

– carik celup :

fotometer refleksi

  • Tes penyaring →Tes carik celup
  • Ada kemungkinan positif palsu dan negatif palsu

Hasil positif → ulang tes  2-3 X

  • Penyebab transient proteinuria :

– gagal jantung kongestif

– olah raga

– panas badan

PERCOBAAN REBUS

Prinsip :

Protein dalam suasana asam lemah

® dipanaskan ® denaturasi

® endapan ( + )

* Syarat sampel ® putar / saring

1500 – 2000 RPM

( 5 menit )

Hasil :

( – )      :           tetap jernih

(+)       :           kekeruhan minimal

( 0,01 – 0,05 g/dl ).

® huruf cetak terbaca

(+ +)    :           Kekeruhan nyata

ada butir-butir halus

(0,05 – 0,2 g/dl

® Garis tebal terbaca

(+ + +) :           gumpalan-gumpalan yang nyata

( 0,2 – 0,5 g/dl )

(+ + + +)          :           gumpalan-gumpalan besar atau

telah membeku  (  > 0,5 g/dl )

Protein Bence – Jones :

    • BM kecil (  < albumin )
    • Monoklonal  Ig ® light chain
    • Mengendap pada suhu  40o – 60oC.

( Pemeriksaan kualitatif )

*        Cara :

  • ± 4 – 10 ml urine ® saring/sentrifus
  • di tambah  bufer ® pH ± 4,9 – 5,1

Water bath     endapan         w.b      mendidih (3’)

15’

(± 40-60oC)

® hilang/endapan berkurang

® Bence Jones protein (+)

Catatan :

–           Bila endapan >> ® (albumin/globulin) ® saring
® filtrat didinginkan ® to 40-60oC keruh ® mendidih ® larut ®Bence Jones protein (+)

Pemeriksaan Kuantitatif :

Alat                 :           Albuminometer

dari Esbach

Prinsip            :           + As. Pikrat

¯

Protein ¯

Syarat :

– urine jernih (24 jam)

– bereaksi asam

– tidak boleh pekat

* Catatan :

Protein rebus : ++

® pemeriksaan Esbach

TEHNIK :

s         Tampung urine 24 jam ® ukur volume

s         Aduk sampai rata

s         Ambil urine secukupnya ® + asam cuka sampai pH ± 6 ® saring

(Periksa dengan kertas pH )

* Total protein dalam 24 jam =

Vol. Urine 24 jam ( L )  X  hasil (gram / L) =

…….. gram / 24 jam.

III.       Tes Glukosa Urine

Reaksi Reduksi

Fehling

Benedict         Semi-kuantitatif

Clinitest

Reaksi Enzimatik

Carik celup    – Semi-kuantitatif

– Kuantitatif

III.       glukosa ® 1. Reduksi

2. Ensimatik

1.  Reduksi ® cara fehling

Prinsip            :           Dalam suasana Lindi (basa) glukosa mereduksi Cupri (CuO) ® Cupro (Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah bata.

Reagen :

Fehling A                                                                   Fehling B

R/       Cupri Sulfat 69,3                               R/ K-Natartrat 346

Aquadest ad 1000ml                         Na-Hidroksida 100

Aquadest ad 1000 ml

Hasil :

Negatif            : tetap biru atau hijau jernih

Positif (+)        : keruh warna hijau agak kuning

Positif ( + + )  : kuning kehijauan dengan endapan kuning

Positif ( + + + ): kuning kemerahan, endapan kuning merah

Positif ( + + + + ): merah jingga sampai merah bata

Cara Benedict :

Prinsip             :  Fehling

Perbedaan       :  pereaksi basa-nya

Reagen                        :  Cu SO4 5H2O 17,3 g

Na-Citrat 173 g

Na Carbonat 100 g

Aquadest ad             100 ml

CARA KERJA PEMERIKSAAN BENEDICT

  1. Teteskan 8 tetes urine ke dalam tabung (0,5 ml)
  2. Tambahkan reagen benedict 5 ml
  3. Campur dengan baik dan letakkan dalam waterbath mendidih selama 5 menit
  4. Angkat dari waterbath tsb. Dan masukkan dalam waterbath dengan suhu ruang (dingin) selama 10 menit
  5. Baca segera

Protein :

Yg terukur pada dipstick adalah Albumin.

Carik celup tidak sensitif untuk globulin & protein Bence Jones.

Prinsip reaksi: Indikator warna: Tetra Bromfenol Biru yang dipertahankan oleh buffer pada

pH  =  3 ( warna kuning)

+ protein (albumin)

¯

(warna  hijau – biru)

( tergantung S protein )

Penyebab positif palsu proteinuria

  • urine pekat (concentrated urine)
  • urine alkali
  • urine yang mengandung darah
  • pemberian radiocontrast

Negatif palsu tes carik celup urine

  • Urine dilusi
  • Proteinuria ringan (mikroalbuminuria)
  • Protein bermuatan negatif (light chains)

7.         Glukosa ® cara : Enzimatik

7.1. glukosa Oksidase

– glukosa  +  O2 ® Asam glukonat  +  H2O2

GOD

Peroksidase

– H2O2 + Kromogen             a). O-toluidin ® O-totuidin + H2O

(red = m.m)          (oks = biru)

¯

hijau muda ¬ tartrazin (kuning)

biru

Peroksidase

b). Kompleks ® kompleks + H2O

Iodine                   Iodine

( Oks = coklat )

7.2. Hexokinase ® ( lebih spesifik )

TES GLUKOSA URINE

PEMERIKSAAN DARAH HEMOGLOBIN DAN GLUKOSA DARAH

Filed under: 1 — materiuas @ 9:03 am

PEMERIKSAAN DARAH
HEMOGLOBIN DAN GLUKOSA DARAH

KLINISI / PARAMEDIS PASIEN PHLEBOTOMIST

Identifikasi pasien

Keadaan klinis

Tindakan / terapi

Komunikasi

Persiapan pasien

Identitas

Kejujuran

Kepatuhan

Komunikasi

Persiapan

Identifikasi pasien

Kejujuran

Ketrampilan

Komunikasi

Pengetahuan

KLINISI / PARAMEDIS

1.IDENTIFIKASI PASIEN:

IDENTITAS PASIEN HARUS JELAS DAN LENGKAP

2.KEADAAN KLINIS PASIEN:

HARUS DICANTUMKAN PADA FORMULIR PERMINTAAN PEMERIKSAAN

3.TINDAKAN/TERAPI:

TINDAKAN / TERAPI YANG DIPERKIRAKAN DAPAT MEMPENGARUHI HASIL

PEMERIKSAAN   HARUS DICANTUMKAN

4.KOMUNIKASI:

PASIEN HARUS MENDAPAT PENJELASAN TENTANG MAKSUD,TUJUAN DAN

JENIS  PEMERIKSAAN YANG HARUS DIJALANI , DAN BILA PERLU DIMINTA

PERSETUJUANNYA.

5.PERSIAPAN PASIEN :

PASIEN HARUS MENDAPAT PENJELASAN TENTANG PERSIAPAN YANG HARUS

DILAKUKAN  SEBELUM  MENJALANI  PEMERIKSAAN LABORATORIUM.

PASIEN

1. IDENTITAS :

TANYAKAN NAMA ,UMUR, ALAMAT,BILA PERLU TANYAKAN TANDA PENGENAL

2. KEJUJURAN :

TANYAKAN SECARA HATI-HATI SEGALA SESUATU YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SAKIT YANG DIDERITA,PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN DLL.

3. KEPATUHAN :

KADANG-KADANG PERLU KONFIRMASI KEPATUHAN PASIEN PADA

INSTRUKSI PENGOBATAN ATAU PERSIAPAN PEMERIKSAAN

4. KOMUNIKASI :

BERIKAN JAWABAN YANG CUKUP ATAS PERTANYAAN PASIEN,

BERIKAN PENJELASAN TENTANG TATA CARA PERSIAPAN SEBELUM

MENJALANI PHLEBOTOMY.

5. PERSIAPAN :

LAKUKAN KONFIRMASI APAKAH PASIEN BENAR-BENAR TELAH

SIAP MENJALANI PHLEBOTOMY.

PHLEBOTOMIST

1. IDENTIFIKASI PASIEN :

à JANGAN SAMPAI SALAH PASIEN !

2. KEJUJURAN :

àLAKSANAKAN PROTAP !

3. KETRAMPILAN  :

àMERUPAKAN KOMPETENSI UTAMA.

4. KOMUNIKASI :

àKOMPREHENSIF,EFEKTIF

5. PENGETAHUAN :

àKOMPREHENSIF

Faktor yang harus diperhatikan pada waktu pengambilan sampel :

a.         Tabung/botol penampung : bersih, kering dan bertutup. Semprit/lanset : bersih, kering dan steril.

b.         Label pada tabung/botol penampung : nama, umur, tanggal, nomor register dan waktu pengambilan.

c.         Antikoagulan, bahan pengawet : tgt. jumlah dan macam sampel.

d.         Desinfeksi kulit : alkohol 70% atau betadin.

e.         Vena : jangan diambil pada lini vena yang sedang diinfus.

f.          Stasis vena

g.         Posisi tubuh

h.         Hindari hemolisis

i.          Darah kapiler : jangan memijit/memeras  ujung jari terlalu keras.

Faktor yang harus diperhatikan sesudah pengambilan sampel :

a.         Pengawet/antikoagulan harus dicampur dengan baik.

b.         Formulir permintaan laboratorium yang jelas.

c.         Pengiriman secepatnya.

d.         Darah penuh (whole blood) tidak boleh disimpan

Serum/plasma boleh disimpan selama waktu tertentu. (tergantung jenis pemeriksaan)

Ada beberapa cara penentuan kadar Hb :

1. Metode Berat Jenis (metode Cupri-Sulfat)
2. Metode Gasometrik (O2 atau CO)
3. Metode Kimia (kadar Fe dalam Hb)
4. Metode Kolorimetrik

Metode Kolorimetrik :

1. Direct Matching methods (Tallqvist)

2. Metode Hematin-Asam (Sahli)

3. Metode Hematin-alkali

4. Metode Oksihemoglobin

5. Metode Sianmethemoglobin

Metode Hematin-Asam (Sahli) :

  • Prinsip :

    – darah + lar.asam encer (HCl 0.1N) → hematin
    asam → diukur kadarnya dgn membandingkan
    warna lar.hematin-asam thd warna standar
    secara visual .
  • Bahan & Alat :

    – Hb-meter Sahli

  • Hb-meter Sahli terdiri dari :

    1. Gelas standar berwarna coklat
    2. Tabung Sahli berskala (g% dan %)
    3. Pipet Sahli (volume 20 μL)
    4. Pengaduk gelas
    5. Pipet Pasteur
    6. Larutan HCl 0.1N
    7. Aquadest

  • Prosedur Kerja :

    – Tab.Sahli diisi lar.HCl 0.1N sampai tanda 2 g%

– Darah kapiler (tusuk-kulit langsung) atau

darah-EDTA dihisap kedalam pipet Sahli

sampai tepat tanda “20 cmm”

– bersihkan sisa darah pada bagian luar pipet

Sahli

Tiup 20 cmm darah dari pipet kedalam
tabung Sahli hati2 sambil dibilas beberapa
kali dengan lar.HCl 0.1N

– Campur rata darah-HCl 0.1N , tunggu
10 menit agar hematin asam terbentuk

lengkap.

– Encerkan lar.hematin-asam dgn aquadest
sampai warnanya sama dgn warna kaca-
standar Sahli → baca angka pada skala tepat

setinggi meniskus larutan hematin asam

Perhatikan :

  • warna kaca-standar mudah berubah karena

waktu, suhu, sinar matahari)→ sewaktu-waktu

harus dikaliberasi  dengan metode-rujukan

SianmetHb → ditentukan Faktor-Koreksi nya.

à pd hemometer Sahli biasanya ditempelkan

nilai Faktor-Koreksi yang berlaku saat itu)

Cara menentukan Faktor-Koreksi :

1.         Periksa sedikitnya 10 sampel darah dgn cara Sahli dan SianmetHb (yg sudah di kaliberasi)

2.         Hitung rata-2 nilai Hb dari cara Sahli (misalnya X g%), dan nilai Hb cara SianmetHb (misalnya Y g%)

3. Nilai yg dianggap benar (SianmetHb = Y)
= Faktor-Koreksi x nilai Hb-Sahli (= X)

Y = f x X
f = Y : X

4. Tiap kali mendapatkan nilai Hb dari Sahli, harus dikalikan dgn Faktor-Koreksinya (f)

Angka Kesalahan :

  • Angka kesalahan = 5 – 10%, karena :

    1. Faktor Alat :
    – vol.pipet kurang tepat
    – warna kaca standar berubah

– kadar larutan HCl kurang tepat
2. Faktor manusia :
– pengambilan darah
– penglihatan petugas
– bias (intensitas warna)

Cara Sianmethemoglobin :

  • Alat : spektrofotometer
  • Reagensia :
    R/ NaHCO3                1.0 g
    KCN                           50.0 mg
    K3Fe(CN)6               200.0 mg
    Aquadest      1000.0 ml

    à pH 7,0 – 7,4

Modifikasi :

tambahkan detergent : Sterox-SE, Nonidet P40,

Saponic-218, Triton X-100

à agar eritrosit lisis sempurna

à mengurangi kekeruhan

dan reaksi lbh cepat  (< 5 menit)

  • Prinsip :
    darah + lar.Drabkin :

Hb + K3Fe(CN)6  → MetHb .
MetHb + KCN → SianmetHb

  • Prosedur :
    1. masukkan 20
    μl darah kedalam tabung berisi
    5 ml lar.Drabkin ( dilusi 1:250 )
    2. Campur baik-2, biarkan 10 menit,

masukkan kuvet
3. Baca absorbans pd spektrofotometer (
λ =
540 nm ) dgn lar.
Drabkin sbg blanko .

4. Masukkan kedalam kuvet lain, lar.standar
HiCN yg telah diketahui kadarnya , dan baca
absorbansnya pada
λ = 540 nm .

Kalkulasi :
Abs sampel
Kdr Hb (g/dl) =                         x kdr stdr HiCN

Abs standar

Atau dari beberapa kadar lar.Standar  HiCN (Standar HiCN pd berbagai pengenceran)  dibuat Kurva-Standar Hb ( kurva kaliberasi )

CARA – CARA  PENGAMBILAN   DARAH

kadar glukosa darah dapat ditentukan

1. Dalam  serum

2. Dalam  darah utuh

( whole blood )

Cara pengambilan  darah untuk  kadar
glukosa  dalam  serum

1.   Darah diambil melalui pembuluh vena ( umumnya vena mediana cubiti )     sebanyak       3 ml

2.   Darah dimasukkan ke dalam tabung bersih tanpa antikoagulan atau tetap di dalam semprit ( spuit , syring )

3.   Segera dikirim ke laboratorium  ( kurang dari  1 jam     sesudah pengambilan )

Cara pengambilan  darah untuk  kadar
glukosa  dalam  darah utuh ( whole blood )

1.   Darah diambil melalui pembuluh darah kapiler di ujung jari

( jari   manis  atau jari tengah ) menggunakan  lanset

2.   Dimasukkan  ke dalam tabung penampung yang berisi antikoagulan

( campuran EDTA  dan  NaF ; disediakan oleh laboratorium )

tetes demi  tetes sebanyak ½ ml  sambil dikocok / dicampur                     dengan   cara memutar botol  sampai merata

3.   Segera dikirim  ke laboratorium

(  kurang dari 1 jam sesudah pengambilan )

1.    Pasien yang sedang  di INFUS  GLUKOSA /  DEXTROSA , pengambilan darah

( dengan tujuan  melacak  kemungkinan  adanya  DM ) dilakukan sesudah menghentikan aliran infus   minimal 10  menit .

Pengambilan darah harus dilakukan pada sisi lain  dari lengan yang  di infus.

  1. 2. Bila karena alasan tertentu infus tidak dapat / tidak boleh dihentikan, mohon  dokter yang  merawat  memberikan keterangan / catatan (contoh : infus  tidak boleh dihentikan !)

3.  Untuk pasien yang di INFUS  selain  Glukosa/Dextrosa ,        pengambilan   darah dilakukan  tanpa harus menghentikan aliran infus, di sisi lain  dari lengan  yang di infus.

4.  Dianjurkan  penggunaan  darah penuh  hanya untuk    penentuan  glukosa  degan  STIK   ( glucometer )

5.  Semua pengiriman sampel harus  disertai label identitas   pasien yang jelas

( minimal  nama  dan no. register )

  • Untuk pemeriksaan glukosa darah , spesimen pilihan : darah vena , kapiler
  • Darah yang tidak disentrifus , menurunkan kadar glukosa 5 – 7 % perjam

( 5 – 10 mg/dl )

  • Darah yang disentrifus , aktivitas glikolisis (-)

kadar glukosa stabil 8 jam pada suhu

25 o C dan 72 jam pada suhu 4 o C

  • Kadar glukosa darah  kapiler 2 – 5 mg / dl lebih tinggi dibandingkan glukosa darah vena
  • Spesimen darah vena à plasma , serum
  • Spesimen darah kapilerà Darah utuh

Jenis   pemeriksaan  kadar  glukosa  darah

I.     Glukosa  darah   puasa

Pengambilan darah  harus dilakukan  di waktu pagi

Pasien  diminta untuk  puasa  selama 10-16 jam sebelum  pengambilan darah

( umumnya  puasa  dimulai antara jam 21.00 – 22.00 )

Selama puasa  diperbolehkan  minum air tawar / air putih

Darah  diambil antara  jam 07.00  –  08.00 pagi

II.   Glukosa  darah  2 jam  sesudah  makan ( 2 jam post prandial )

Pengambilan darah  dilakukan  2 jam  tepat  sesudah selesai makan

Pengambilan darah tidak harus  di waktu pagi

Pasien dalam pengobatan DM, tidak diperbolehkan menghentikan pengobatan

pada  waktu pemeriksaan.

Pasien dalam  pengobatan  sebaiknya  melakukan pemeriksaan  waktu pagi,

( minum obat atau suntik insulin, kemudian makan dan 2 jam kemudian diambil darah )

III.    Glukosa  darah acak  ( random blood glucose )

Pengambilan darah dilakukan setiap saat ,

tidak  perlu  persiapan

IV. Tes toleransi glukosa oral

( Oral Glucose Tolerance Test, OGTT )

Tiga hari  sebelum  pemeriksaan  pasien  harus      mengkonsumsi  karbohidrat ( nasi  atau yang lain ),  minimal  150 gram / hari

Untuk  orang Indonesia , syarat ini  tidak perlu diminta, karena  kebiasaan makan  karbohidrat orang Indonesia  lebih  dari 150 gram / hari

Pemeriksaan  harus dilakukan  di waktu pagi

Tes toleransi glukosa oral

( Oral Glucose Tolerance Test, OGTT )

Pasien diminta untuk puasa 10-16 jam sebelum pengambilan darah

(  puasa dimulai antara  jam  21.00  – 22.00 )

Selama puasa diperbolehkan minum air tawar / air putih

Pengambilan darah dilakukan  antara jam 07.00  –  08.00

( pengambilan pertama, Glukosa Puasa )

Kemudian pasien diminta untuk minum larutan glukosa
75 g dalam 200 ml air untuk dewasa atau  1,75 g/kg BB untuk anak-anak

( glukosa  bubuk dalam kemasan 75 g  disediakan di laboratorium )

Larutan glukosa  sebaiknya  diminum  sekaligus habis.

Kalau mual, boleh  dihabiskan  maksimal sampai 5 menit

Dua jam tepat sesudah  minum, dilakukan pengambilan darah ( pengambilan kedua, Glukosa  2 jam Sesudah Beban )

V. OGTT  WANITA  HAMIL
(DIAGNOSIS GESTATIONAL DIABETES MELLITUS)

Skrining

Tahun 1973, Mahan dan O’Sullivan menggunakan tes toleransi glukosa oral dengan glukosa 50 gram (1 jam) sebagai tes skrining GDM

Serum glucose                                   Proportion with     Sensitivity for GDM

cutoff point                           positive test

>140 mg/dl                             14-18 %                      ~80%

>130 mg/dl                             20-25%                       ~90%

  • * Recommendations as adapted by Metzger et al.

  • Hasil positif pada 50-g TTGO dilanjutkan dengan test diagnostik (75-g atau 100-g TTGO )
  • 100-g TTGO sebagai gold standard untuk diagnosis GDM.
  • Puasa semalam ( 8 jam, tidak lebih dari 14 jam), 3 hari terakhir konsumsi karbohidrat ≥150 gram/hari

Diagnosis GDM

Pertimbangkan keadaan berikut:

    1. Bukan DM tipe 2,
    2. Gangguan toleransi glukosa ringan sebelum kehamilan dan bertambah berat selama kehamilan
    3. Toleransi  glukosa normal sebelum kehamilan dan abnormal dengan ↑ umur kehamilan
    4. Tidak terdiagnosis menderita DM tipe 1 pada saat kehamilan

Enam minggu pasca melahirkan ,klasifikasi ulang penderita  masuk dalam katagori

DM

IFG (Impaired Fasting Glucose)

IGT (Impaired Glucose Tolerance)

Normoglikemia

Procedure                                               Glucose cut points

Time (h)           mg/dl             mmol/l

100-g, 3-h OGTT      Fasting                              90                  5.3

1                          180                10.0

2                          155                 8.6

3                          140                 7.8

75-g, 2-h OGTT                    Fasting                             95                  5.3

1                         180               10.0

2                         155                  8.6

Point of Care Testing (POCT)

  • Prosedur pemeriksaan laboratorium yang dikerjakan langsung di samping pasien.
  • Pemeriksaan di luar laboratorium yang umumnya dilakukan oleh tenaga non laboratorium

Keunggulan POCT

Perlu sedikit sampel

Kisaran waktu lebih singkat

Pemeliharaan yang minimal

Kalibrasi secara otomatis

  • Setetes darah è dimasukkan ke area target sampel

Faktor Preanalitik Darah arteri vs Vena atau kapiler
Pembersihan instrumen yang tidak sempurna
㌌㏒琰茞Ü Prosedur QC yang tidak tepat
㌌㏒琰茞Ü Keringat atau suhu tubuh
㌌㏒琰茞㵂Ü Tekanan darah Sistolik < 80 mm Hg
Faktor Analitik Kadar glukosa ekstrim
㌌㏒琰茞㵂Ü Kadar hematokrit yang ekstrim
㌌㏒琰茞㵂Ü Teknik yang kurang tepat
㌌㏒琰茞㵂Ü Ketidaksesuaian antara kalibrasi pada monitor  glukosa dengan kalibrasi pada test strip
㌌㏒琰茞㵂Ü Dopamin iv
㌌㏒琰茞㵂Ü Kadar protein total yang rendah
㌌㏒琰茞Ü Status oksigenasi (pO2)
Faktor Post-analitik Kesalahan pemasukan data

CTG CARDIOTOCOGRAPHY

Filed under: 1 — materiuas @ 9:02 am

CTG CARDIOTOCOGRAPHY

Kesejahteraan Janin

Meliputi:

  1. Hitungan Gerakan Janin
  2. Penilaian Biofisikal
  1. Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movement – FBM)
  2. Gerakan tubuh kasar,
  3. Tonus janin dan
  4. Volume cairan amnion

DEFINISI CTG

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak.

Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.

SYARAT PEMERIKSAAN CTG

  • Usia kehamilan mulai 28 minggu
  • Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
  • Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui
  • Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan

Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada:

  • IBU
  • JANIN

IBU

–        Pre-eklampsia-eklampsia

–        Ketuban pecah

–        Diabetes melitus

–        Kehamilan ³ 40 minggu

–        Vitium cordis

–        Asthma bronkhiale

–        Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

–        Infeksi TORCH

–        Bekas SC

–        Induksi atau akselerasi persalinan

–        Persalinan preterm

–        Hipotensi

–        Perdarahan antepartum

–        Ibu perokok

–        Berusia lanjut (>35 tahun)

–        Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

–        Untuk kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.

JANIN

  • Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
  • Gerakan janin berkurang
  • Suspek lilitan tali pusat
  • Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
  • Hidrops fetalis
  • Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
  • Mekoneum dalam cairan ketuban
  • Riwayat lahir mati
  • Kehamilan ganda

Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:

  • Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
  • Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
  • Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
  • Polihidramnion (air ketuban berlebih)

PERSIAPAN PEMERIKSAAN CTG

  • Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
  • Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
  • Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
  • Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang  sesuai.
  • Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

PROSEDUR

  • Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
  • Kosongkan kandung kencing.
  • Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
  • Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

  • Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
  • Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
  • Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
  • Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
  • Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
  • Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
  • Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
  • Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
  • Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
  • Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter. PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN

kick chart

Filed under: 1 — materiuas @ 9:00 am

Kick chart : Bagan sederhana yang digunakan untuk mencatat jumlah dan atau intensitas tendangan atau gerakan lain yang dilakukan oleh janin

Tujuan+Manfaat

  1. Mengetahui cara kerja, kelebihan, dan kelemahan dari penggunaan Kick Chart.
  2. Mengetahui peran Kick Chart dalam pelayanan kebidanan.
  3. Memperoleh informasi mengenai cara kerja, kelebihan, dan kelemahan dari penggunaan Kick Chart.
  4. Memberi informasi pada masyarakat tentang penggunaan Kick Chart.
  5. Meningkatkan pelayanan kebidanan melalui penggunaan Kick Chart.
  6. Memaksimalkan penggunaan Kick Chart.

Macam – macam gerakan janin

  • tendangan
  • berubah posisi
  • berputar
  • swishes
  • menggulung

Fungsi pemeriksaan Kick Chart

  • mengidentifikasi potensi masalah dalam kehamilan.
  • memeriksa kesehatan bayi yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu.
  • memberikan panduan seberapa keaktifan bayi.
  • memberikan ketenangan pada ibu akan keberadaan janin yang dikandungnya.

Gerakan janin normal

bergerak 10x dalam waktu kurang dari 2 jam

Cara menghitung tendangan
(dianjurkan oleh American College dan dokter ahli kandungan (ACOG)è menghitung waktu yang diperlukan bagi janin untuk membuat 10 gerakan)

  • hitung tendangan sekali sehari.
  • Pilih batas waktu hari paling cocok ketika bayi dalam keadaan aktif (setelah makan, setelah aktivitas, dan di malam hari)
  • hitung kira-kira pada waktu yang sama setiap hari.
  • nyamankan posisi duduk atau berbaring, tenang
  • gerakan janin è meletakkan tangan di perut ibu atau bisa juga dilakukan oleh pasangannya. Tergantung pada ketebalan dinding perut ibu, lokasi plasenta, dan kepekaan terhadap gerakan.
  • catat waktu pertama bayi menendang (gerakan) dan waktu ke-10 tendangan. Sebagian besar bayi akan membutuhkan waktu + 30 menit untuk menyelesaikan 10 tendangan
  • Ulangi menghitung  tendangan janin.
  • Hubungi tenaga kesehatan, jika:

– gerakan janin berkurang

– perubahan signifikan gerakan

– belum ada 10 tendangan dalam satu jam untuk evaluasi lebih lanjut.

  • Note : Jika gerakan janin < 10 kali/2 jam maka ibu harus segera mengkonsultasikan hal tersebut pada bidan atau dokter kandungan
  • USG
  • Non stress test (NST)è pemantauan denyut jantung janin sebagai respon terhadap gerakan.
  • Profil biofisik (BPP)è menggunakan USG dan non stress test (NST)è mengevaluasi bayi denyut jantung, pernapasan, gerakan tubuh, otot, dan kuantitas air ketuban
  • Kontraksi stress test (CST)èpemantauan denyut jantung janin, sebagai respon kontraksi rahim

KELEBIHAN

  • Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan janin.
  • Menginformasikan pada ibu dan keluarga mengenai perkembangan janin.
  • Sebagai deteksi dini pada janin jika terjadi suatu kegawatdarutan/kelainan.
  • Tidak memerlukan banyak biaya untuk melakukannya.

KELEMAHAN

  • Keakuratan Kick Chart tergantung dari penghitungan yang dilakukan ibu (gerakan janin, kepekaan ibu) dan keadaan janin saat dilakukan penghitungan (misal: saat janin sedang tidur)
  • Membantu bidan mengetahui perkembangan janin.
  • Membantu bidan dalam memutuskan diagnosa keadaan janin.
  • Membantu bidan mengetahui kualitas kesehatan janin.
  • Membantu bidan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan kepada klien.
  • Mengajarkan kepada ibu bagaimana metode penghitungan dan pencatatan gerakan janin melalui penggunaan Kick Chart.
  • Memastikan bahwa ibu benar-benar mampu dan mengerti bagaimana cara penggunaan Kick Chart.
  • Kick Chart dapat digunakan untuk:

– mendata intensitas gerakan janin secara manual

– digunakan oleh siapapun

– dijangkau oleh kalangan manapun

– dideteksi setelah umur kehamilan ke-20 minggu

– menilai aktifitas janin (janin pasif atau aktif)

– mengurangi resiko janin meninggal dalam kandungan yang tidak diketahui

  • Bidan perlu mensosialisasikan kick chart kepada ibu hamil untuk dapat mendeteksi keadaan janinnya sendiri.

Blog di WordPress.com.